Jual Tong Sampah dan Budaya Masyarakat yang Masih Rendah
Jual Tong Sampah
Secara sosial dan budaya sungai memang lebih di maknai sebagai sebuah tong sampah yang lebih pantas untuk ditempatkan di belakang rumah. Sungai dianggap sebagao sumberdaya yang sangat murah (bahkan sama sekali gratis) untuk menghilangkan dengan cepat semua jenis barang buangan agar tidak mengotori atau menimbulkan bau tidak sedap di sekitar rumah, tanpa peduli bahwa ada pihak lain yang berada di bagian hilir sungai yang kemudian akan menjadi korban dari berbagai masalah seperti misalnya tidak memiliki sumber air baku yang dapat digunakan untuk air minum karena memang sudah tercemar berat sehingga diperlukan biaya tinggi untuk mengolahnya, atau harus berhadapan dengan pemandangan yang tidak elok akibat air yang bau serta berwarna hitam, sumur-sumur yang berada disekitar sungai jadi tercemar, air sungai yang diharapkan menjadi sumber kehidupan malah menjadi sarang berbagai penyakit, dan sebagainya. Perilaku tersebut ada kaitannya dengan usaha jual tong sampah.
Selain berbagai hal tadi, sungai juga digunakanuntuk memenuhi berbagai keperluan atau kegiatan sehari-hari, seperti: mandi, gosok gigi, buang hajat besar atau kecil, mencuci kedelai untuk bahan membuat tahu tempe, membuang limbah dari sembelihan ayam, membuang limbah kotoran ternak seperti sapi, babi, kambing, dan sebagainya, bahkan sering digunakan untuk membuang limbah industri, pertambangan, dan rumah sakit yang termasuk sebagai limbah B3 (Beracun dan Berbahaya).
Jual Tong Sampah dan Budaya Masyarakat
Ditinjau secara sosial budaya memfungsikan sungai menjadi ‘tong sampah bergerak’ memang sama sekali telah menjadi semacam tradisi. Apabila kemudian muncul keinginan untuk menjadikan sungai sebagai sebuah tempat yang indah yang memiliki konsep permukiman ‘river view’ dengan air yang jernih serta ikan yang bisa kelihatan berenang di dalamnya, bantaran sungai yang dapat dimanfaatkan menjadi tempat wisata dengan lintasan jogging, air sungai dapat dimanfaatkan sebagai air bahan baku untuk air minum yang sehat dengan pengolahan yang tidak mahal, hal itu semua merupakan gagasan yang baru (meski sudah pernah dimunculkan berpuluh tahun yang lalu) yang pada intinya untuk melawan atau ingin mengganti tatanan yang saudah mapan (meski salah), yang telah diterima apa adanya oleh masyarakat sebagai sebuah warisan (taken for granted). Para pelaku usaha jual tong sampah seharusnya ikut berperan dalam mewujudkan idealism di atas.
Meskipun sebagian besar dari masyarakat bawah adalah buruh atau pekerja pada sektor informal, dan ada pula yang melakukan usaha jual tong sampah, masyarakat yang tinggal di permukiman di bantaran sungai dengan setia tetap mau mermembayar iuran pemungutan sampah. Namun sampah-sampah di tempat mereka sering tidak diambil atau dibersihkan oleh petugas dengan berbagai alasan seperti sulit menjangkau area tersebut karena gangnya yang sangat sempit. Padahal sampah tersebut pasti akan menimbulkan bau yang sangat menyengat bila membusuk. Masyarakat yang berada di area tersebut sudah diberi ketrampilan untuk membuat kompos di tingkat rumah tangga, namun menurut mereka prosesnya sangat merepotkan, menambah pekerjaan mereka yang memang sudah berat, sedangkan hasilnya tidak dapat laku di jual atau susah untuk di pasarkan. Karena berbagai alasan itulah mereka kemudian memilih membuang sampah rumah tangga mereka ke sungai.
Kegiatan jual tong sampah seharusnya dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat serta selalu membuang sampah pada tempatnya. Namun ironisnya adalah para pembuat dan penjual tong sampah sendiri, seringkali membuang sampah di tempat yang tidak semestinya, seperti di sungai misalnya.